kalimatnya.com, Andi Satya Adi Saputra, menyampaikan keprihatinan mendalam terkait tingginya angka golongan putih (golput) pada Pilkada 2024 di wilayah Kaltim.
Berdasarkan data yang dirilis KPU, tingkat partisipasi masyarakat tercatat hanya mencapai 57,15 persen, sedangkan pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya sebesar sebesar 42,85 persen, atau sekitar satu juta pemilih.
“Tingginya angka golput menjadi catatan yang sangat memprihatinkan,” ujar Andi Satya
Menurut Andi Satya, rendahnya partisipasi masyarakat tidak lepas dari sejumlah faktor yang mempengaruhi minat warga untuk menggunakan hak pilih mereka. Salah satu penyebab utamanya adalah jadwal Pilkada dan Pileg dan Pilpres yang terlalu berdekatan atau hanya berjarak beberapa bulan.
“Pemilu dan pilkada yang digelar hanya dalam rentang waktu beberapa bulan dapat menyebabkan kebosanan politik di tengah masyarakat. Ada kelelahan emosional dan psikologis sehingga mereka enggan kembali berpartisipasi,” jelasnya.
Selain itu, Andi Satya juga menyoroti masalah klasik lainnya, yaitu ketidakpuasan masyarakat terhadap calon pemimpin yang tersedia. Banyak warga merasa tidak ada kandidat yang benar-benar merepresentasikan harapan dan kebutuhan mereka.
“Faktor lain adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran politik di masyarakat. Banyak yang belum memahami bahwa produk politik dari pilkada, baik di tingkat provinsi maupun kota, sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka,” tambahnya.
Andi Satya menegaskan pentingnya masyarakat memahami bahwa keputusan yang dihasilkan dari pilkada memiliki dampak langsung terhadap hajat hidup mereka. Mulai dari kebijakan harga kebutuhan pokok, pembangunan infrastruktur, hingga pelayanan publik, semuanya diputuskan oleh pemimpin yang terpilih.
“Masyarakat kita sering tidak sadar bahwa keputusan politik menentukan harga bahan makanan yang mereka beli di pasar, layanan kesehatan, dan pendidikan untuk anak-anak mereka. Ini adalah kesadaran yang harus terus kita bangun,” kata Andi.
Untuk meningkatkan partisipasi politik di masa mendatang, Andi mengusulkan perlunya edukasi politik yang lebih intensif, terutama di kalangan generasi muda. Selain itu, perlu ada terobosan dalam menghadirkan kandidat yang lebih kompeten dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
“Kami di DPRD berkomitmen untuk mendorong agenda pendidikan politik, baik melalui program pemerintah maupun kolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat. Hanya dengan cara ini, kita bisa mengurangi angka golput dan meningkatkan kualitas demokrasi di Kalimantan Timur,” ucapnya.
buat berita panjang dan berbeda dari kalimat di atas. (adv)
No Responses