kalimatnya.com – Keberadaan industri kreatif di Kota Samarinda masih dianggap sebelah mata, terutama karena banyak di antaranya belum terdata dengan baik oleh pemerintah. Salah satu contohnya adalah industri perfilman lokal yang hanya muncul dalam berbagai event perlombaan.
Banyak seniman yang bergantung pada industri ini, meski tidak semua dapat dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi kreatif. Menyikapi hal tersebut, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Samarinda menggelar bincang-bincang dengan beberapa sutradara lokal yang telah menghasilkan karya dalam sejumlah ajang yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Disporapar Samarinda, Agnes Gering Belawing, menjelaskan bahwa pihaknya berusaha menampung aspirasi para pelaku seni perfilman di Samarinda. Harapannya, informasi yang diperoleh dapat menjadi catatan penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di kota ini.
Agnes mengakui bahwa data tentang pelaku industri kreatif di Samarinda masih sangat terbatas. Saat ini, satu-satunya yang terdaftar adalah Layar Mahakama yang didirikan oleh Muhammad Al Fayed. “Baru itu yang ada dalam catatan kami, padahal banyak yang aktif berkarya, hanya saja kami tidak tahu keberadaan mereka,” ujarnya dalam kegiatan Bincang Kreatif Sektor Film dan Animasi pada Senin (15/7).
Agnes berharap kegiatan ini dapat mengumpulkan data pelaku industri kreatif di Samarinda sehingga kreativitas mereka bisa lebih dikenal oleh masyarakat. Ia menekankan pentingnya membangun ekosistem ekonomi kreatif dengan memberikan ruang komunikasi antara pemerintah dan pelaku seni.
Sejak tahun 2022, Disporapar telah melakukan pendataan, namun hasilnya masih belum sempurna. Saat ini, terdata sekitar 20-30 orang pelaku seni perfilman, termasuk pemilik rumah industri dan pegiat seni.
Muhammad Al Fayed, pendiri Layar Mahakama, menambahkan bahwa untuk menumbuhkan geliat seni perfilman, diperlukan proses yang berkelanjutan. “Butuh upaya yang rutin agar mereka bisa berkembang menjadi bagian dari pelaku ekonomi kreatif,” ujarnya, menggarisbawahi perlunya penyediaan ruang kreatif dan pengembangan SDM.
Senada dengan itu, sutradara Fatqurozi menekankan pentingnya Samarinda belajar dari kegiatan seni yang berkembang di Pulau Jawa, yang didukung oleh pemerintah setempat. “Pemkot Samarinda sudah bagus dalam membenahi Citra Niaga. Sekarang tinggal mengaktifkan kembali kegiatan dari komunitasnya,” pungkasnya.
No Responses